Senin, 22 Desember 2014

TRAUMA DADA TUMPUL

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
“TRAUMA DADA TUMPUL”
v  RAHMANI (12.071.014.031)
v  YUNITA (12.071.014.0
v  RESKI SRINARENDRA (12.071.014.0
v  HIKMAH (12.071.014.0
v  ANNISA ATTAMAMI (12.071.014.0
 
OLEH :

                                                                                    





PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
MAKASSAR
2014
KATA PENGANTAR

       Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul dan membahas tentang “Trauma dada tumpul.Dalam penulisan makalah ini, penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
       Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen pembimbing ibu Ns. Zaenal S.kep.M.kes Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada  mereka yang memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amin Yaa Robbal ’Alamiin.












Makassar , November  2014
                                                                                                             

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.    Definisi Trauma Dada Tumpul
B.     Etiologi Trauma Dada Tumpul
C.     Anatomi Fisiologi
D.    Epidiomologi Trauma Dada Tumpul
E.     Patofisiologi Trauma Dada Tumpul
F.      Manifestasi Klinis Trauma Dada  tumpul
G.    Jenis-Jenis Trauma Dada Tumpul
H.    Penyimpangan KDM
I.       Terapi Atau Pengobatan Trauma Dada tumpul
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang
Semakin berkembangnya jaman maka semakin maju pula pola pikir manusia misalnya, manusia dapat menciptakan tranportasi yang sangat dibutuhkan oleh manusia dalam melakukan aktifitas sehari-hari, tapi selain segi positif timbul pula segi negatif misalnya dengan alat tranportasi yang digunakan untuk beraktifitas dapat menyebabkan kecelakaan,salah satu contohnya adalah fraktur pada tulang dan dapat pula terjadi trauma pada dada.
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan system pernafasan
Gejala yang dapat dirasakan oleh pasien trauma dada yaitu: Nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi, pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi, pasien menahan dadanya dan bernafas pendek, dyspnea, takipnea, takikardi, tekanan darah menurun, gelisah dan agitas, kemungkinan cyanosis, batuk mengeluarkan sputum bercak darah, hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit dan ada jejas pada thorak.
Peran perawat pada kasus ini adalah mampu membantu proses kesembuhan diri pasien, baik fisik maupun psikis, memberi motivasi dan menjaga pasien. Selain itu perawat harus dapat menentukan asuhan keperawatan yang tepat dalam menangani pasien dengan penyakit trauma dada.
Dari data diatas penulis tertarik mengangkat kasus trauma dada, karena peran dan fungsi perawat dalam merawat pasien trauma dada sangat penting, selain trauma dada itu berbahaya, bahkan dapat menyebabkan kerusakan pada sistem saraf dan organ serta terganggunya pada sistem sirkulasi dalam darah. Maka dari itu peran perawat dalam kasus trauma dada ini adalah membantu proses kesembuhan diri pasien, baik fisik maupun psikis, mengayomi, memberi motivasi dan menjaga pasien.
B.         Rumusan Masalah
1.      Apa definisi dari Trauma Dada Tumpul?
2.      Apa Etiologi Trauma Dada Tumpul?
3.      Bagaimana Anatomi Fisiologinya?
4.      Bagaimana Epidiomologi Trauma Dada Tumpul?
5.      Bagaimana Patofisiologi Trauma Dada Tumpul?
6.      Apa Manifestasi Klinis Trauma Dada tumpul?
7.      Apa  Jenis-Jenis Trauma Dada Tumpul?
8.      Bagaimana Penyimpangan KDM nya?
9.      Bagaimana Terapi Atau Pengobatan Trauma Dada tumpul?
C.        Tujuan Penulisan
1.      Untuk Mengetahui Definisi Trauma Dada Tumpul
2.      Untuk Mengetahui Etiologi Trauma Dada Tumpul
3.      Untuk Mengetahui Anatomi Fisiologinya
4.      Untuk Mengetahui Epidiomologi Trauma Dada Tumpul
5.      Untuk Mengetahui Patofisiologi Trauma Dada Tumpul
6.      Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis Trauma Dada tumpul
7.      Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Trauma Dada Tumpul
8.      Untuk Mengetahui Penyimpangan KDM nya
9.      Untuk Mengetahui Terapi Atau Pengobatan Trauma Dada tumpul







BAB II
PEMBAHASAN

A.        Definisi Trauma Dada Tumpul
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma thoraks diklasifikasikan dengan tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu (Brunner & Suddarth, 2002).
B.          Etiologi Trauma Dada Tumpul
Penyebab dari trauma tumpul thoraks adalah kecelakan tabrakan mobil atau terjatuh dari sepeda motor. Pasien mungkin tidak segera mencari bantuan medis, yang selanjutnya dapat mempersulit masalah (Brunner & Suddarth, 2002).
C.        Anatomi Fisiologi
Struktur  thoraks yang menyerupai sangkar atau tulang-tulang dada, terdiri atas 12 verthebrathorakalis, 12 pasang tulang iga (costae), dan sternum. Tulang iga dan sternum membentuk susunan sangkar dan menyokong rongga thoraks. Ruang antara tulang-tulang iga disebut ruang interkostalis dan diberi nomor berdasarkan tulang iga diatasnya (contoh: ruang intercostalis kedua berada dibawah tu;ang iga kedua). Diafragma adalah otot yang memisahkan rongga toraks dari abdomen dan digunakan selama inspirasi.
·      Dinding dada.
Tersusun dari tulang dan jaringan lunak. Tulang yang membentuk dinding dada adalah tulang iga, columna vertebralis torakalis, sternum, tulang clavicula dan scapula. Jarinan lunak yang membentuk dinding dada adalah otot serta pembuluh darah terutama pembuluh darah intrerkostalis dan torakalis interna.
·      Dasar toraks
Dibentuk oleh otot diafragma yang dipersyarafi nervus frenikus. Diafragma mempunyai lubang untuk jalan Aorta, Vana Cava Inferior serta esophagus
·         Isi rongga torak.
Rongga pleura kiri dan kanan berisi paru-paru. Rongga ini dibatasi oleh pleura visceralis dan parietalis.Rongga Mediastinum dan isinya terletak di tengah dada. Mediastinum dibagi menjadi bagian anterior, medius, posterior dan superior.
Dada berisi organ vital paru dan jantung. Pernafasan berlansung dengan bantuan gerak dinding dada. Jaringan paru dibentuk oleh jutaan alveolus yang mengembang dan mengempis tergantung mengembang dan mengecilnya rongga dada. Inspirasi terjadi karena kontraksi otot pernafasan , yaitu m.intercostalis dan diafragma, yang menyebabkan rongga dada membesar dan paru-paru mengembang sehingga udara terhisap ke alveolus melalui  trakea dan bronkus.
Sebaliknya bila m.intercostalis melemas, dinding dada mengecil kembali dan udara terdorong keluar. Sementara itu, karena tekanan intra abdomen, diafragma akan naik ketika  m.intercostalis akan tidak berkontraksi. Ketiga faktor ini, yaitu kelenturan dinding toraks, kekenyalan jaringan paru, dan tekanan intraabdomen, menyebabkan ekspirasi jika otot intracostal dan diafragma kendur dan tidak mempertahankan keadaan inspirasi. Dengan demikian ekspirasi merupakan kegiatan pasif  (Sjamsuhidajat, 2004).
D.        Epidiomologi Trauma Dada Tumpul
Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade 3 kehidupan di seluruh kota besar di dunia dan di Amerika diperkirakan 16.000 kasus kematian akibat trauma disebabkan oleh trauma thoraks. Di Amerika Serikat diperkirakan 12 penderita/1000 populasi/hari dan kematian yang disebabkan oleh trauma thoraks sebesar 20-25% dan hanya 10-15% penderita trauma tumpul thoraks yang memerlukan tindakan operasi, jadi sebagian besar hanya memerlukan tindakan sederhana untuk menolong korban dari ancaman kematian. Canadian study dalam laporan penelitiannya selama 5 tahun pada “Urban Trauma Unit” menyatakan bahwa insiden trauma tumpul thoraks sebanyak 96,3% dari seluruh trauma thoraks, sedangkan sisanya sebanyak 3,7% adalah trauma tajam.
Penyebab terbanyak dari trauma tumpul thoraks masih didominasi oleh korban kecelakaan lalu lintas (70%). Mortalitas pada setiap trauma yang disertai dengan trauma thoraks lebih tinggi (15,7%) dari pada yang tidak disertai trauma thoraks (12,8%).
E.         Patofisiologi Trauma Dada Tumpul
Trauma benda tumpul pada bagian dada / thorax baik dalam bentuk kompresi maupun ruda-paksa (deselerasi / akselerasi), biasanya menyebabkan memar / jejas trauma pada bagian yang terkena. Jika mengenai sternum, trauma tumpul dapat menyebabkan kontusio miocard jantung atau kontusio paru. Keadaan ini biasanya ditandai dengan perubahan tamponade pada jantung, atau tampak kesukaran bernapas jika kontusio terjadi pada paru-paru.
Trauma benda tumpul yang mengenai bagian dada atau dinding thorax juga seringkali menyebabkan fraktur baik yang berbentuk tertutup maupun terbuka. Kondisi fraktur tulang iga juga dapat menyebabkan Flail Chest, yaitu suatu kondisi dimana segmen dada tidak lagi mempunyai kontinuitas dengan keseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut terjadi karena fraktur iga multipel pada dua atau lebih tulang iga dengan dua atau lebih garis fraktur. Adanya semen fail chest (segmen mengambang) menyebabkan gangguan pada pergerakan dinding dada. Jika kerusakan parenkim paru di bawahnya terjadi sesuai dengan kerusakan pada tulang maka akan menyebabakan hipoksia yang serius.
Hipoksia jaringan merupakan akibat dari tidak adekuatnya pengangkutan oksigen ke jaringan oleh karena hipovolemia ( kehilangan darah ). Hiperkarbia lebih sering disebabkan oleh tidak adekuatnya ventilasi akibat perubahan tekanan intrathorax atau penurunan tingkat kesadaran.
F.         Manifestasi Klinis Trauma Dada tumpul
Tanda dan gejala yang sering muncul pada penderita trauma dada:
1.      Nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi.
2.      Pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi.
3.      Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek.
4.      Dyspnea, takipnea
5.      Takikardi
6.      Tekanan darah menurun.
7.      Gelisah dan agitasi
8.      Kemungkinan cyanosis.
9.      Batuk mengeluarkan sputum bercak darah
G.     Jenis -Jenis Trauma Dada Tumpul
Ada beberapa jenis trauma dada tumpul antara lain: Trauma tracheobronkhial, Flail Chest, Ruptur diafragma, Fraktur kosta
1.      Ruptur Trakeobronkial
Ruptur trakea dan bronkus utama(rupture trakeobronkial) dapat disebabkan oleh trauma tajam maupun trauma tumpul dimana angka kematian akibat penyulit ini adalah 50%. Pada trauma tumpul ruptur terjadi pada saat glottis tertutup dan terdapat peningkatan hebat dan mendadak dari tekanan saluran trakeobronkial yang melewati batas elastisitas saluran trakeobron kialini. Kemungkinan kejadian ruptur  bronkus utama meningkat pada trauma tumpul thoraks yang disertai dengan fraktur iga 1 sampai 3, lokasi tersering adalah pada daerah karina dan percabangan bronkus. Pneumothoraks, pneumomediatinum, emfisema subkutan dan hemoptisis, sesak nafas, dan sianosis dapat merupakan gejala dari ruptur ini.
2.      Fail chest
Terjadi ketika segmen dinding dada tidak lagi mempunyai kontinuitas dengan keseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut terjadi karena fraktur iga multipel pada dua atau lebih tulang iga dengan dua atau lebih garis fraktur. Adanya semen flail chest (segmen mengambang) menyebabkan gangguan pada pergerakan dinding dada. Jika kerusakan parenkim paru di bawahnya terjadi sesuai dengan kerusakan pada tulang maka akan menyebabkan hipoksia yang serius. Kesulitan utama pada kelainan Flail Chest yaitu trauma pada parenkim paru yang mungkin terjadi (kontusio paru). Walaupun ketidak-stabilan dinding dada menimbulkan gerakan paradoksal dari dinding dada pada inspirasi dan ekspirasi, defek ini sendiri saja tidak akan menyebabkan hipoksia. Penyebab timbulnya hipoksia pada penderita ini terutama disebabkan nyeri yang mengakibatkan gerakan dinding dada yang tertahan dan trauma jaringan parunya. Flail Chest mungkin tidak terlihat pada awalnya, karena splinting (terbelat) dengan dinding dada. Gerakan pernafasan menjadi buruk dan toraks bergerak secara asimetris dan tidak terkoordinasi. Palpasi gerakan pernafasan yang abnormal dan krepitasi iga atau fraktur tulang rawan membantu diagnosis. Dengan foto toraks akan lebih jelas karena akan terlihat fraktur iga yang multipel, akan tetapi terpisahnya sendi costochondral tidak akan terlihat. Pemeriksaan analisis gas darah yaitu adanya hipoksia akibat kegagalan pernafasan, juga membantu dalam diagnosis Flail Chest.


3.      Ruptur diafragma
Ruptur diafragma pada trauma thoraks biasanya disebabkan oleh trauma tumpul pada daerah thoraks inferior atau abdomen atas yang tersering disebabkan oleh kecelakaan. Trauma tumpul didaerah thoraks inferior akan mengakibatkan peningkatan tekanan intra abdominal mendadak yangditeruskan ke diafragma. Ruptur terjadi bila diafragma tidak dapat menahantekanan tersebut, herniasi organintrathoraks dan strangulasi organ abdomen dapat terjadi. Dapat pula terjadi ruptur diafragma akibat trauma tembus pada daerah thoraks inferior.Pada keadaan ini trauma tembus juga akan melukai organ-organ lain (intrathoraks atau intra abdominal). Ruptur umumnya terjadi di “puncak” kubah diafragma, ataupun kita bisa curigai bilaterdapat luka tusuk dada yang didapat kan pada: dibawah ICS 4anterior, di daerah ICS 6 lateral, didaerah ICS 8 posterior. Kejadian ruptur diafragma lebih sering terjadi di sebelahkiri daripada sebelah kanan. Kematian dapat terjadi dengan cepat setelah terjadinya trauma oleh karena shock dan perdarahan pada cavum pleura kiri.
4.      Fraktur kosta/iga
Fraktur pada iga (costae) merupakan kelainan tersering yang diakibatkan trauma tumpul pada dinding dada. Trauma tajam lebih jarang mengakibatkan fraktur iga, oleh karena luas permukaan trauma yang sempit, sehingga gaya trauma dapat melalui sela iga. Fraktur iga terutama pada iga IV-X (mayoritas terkena). Perlu diperiksa adanya kerusakan pada organ-organ intra-thoraks dan intra abdomen. Kecurigaan adanya kerusakan organ intra abdomen (hepar atau spleen) bila terdapat fraktur pada iga VIII-XII. Kecurigaan adanya trauma traktus neurovaskular utama ekstremitas atas dan kepala (pleksus brakhialis, a/v subklavia, dsb.), bila terdapat fraktur pada iga I-III atau fraktur klavikula.
Patah tulang iga sering terjadi pada penderita yang sudah berumur terutama karena kerapuhan tulang. Berdasarkan bentuk anatomisnya 4 tulang rusuk bagian atas mendapat perlindungan tambahan dari lingkar bahu, sehingga bila tulang – tulang ini patah berarti gaya yang terima cukup besar, cedera harus dianggap berbahaya. Fraktur iga sering ditemukan, gejalanya adalah nyeri pada saat pernafasan.ketakutan akan nyeri pada pernafasan ini menyebabkan pernafasan menjadi dangkal, dan sering takut batuk. Keadaan ini dapat menyebabkan komplikasi pada paru. Iga merupakan komponen dari dinding toraks yang paling sering mengalami trauma.Perlukaan yang terjadi pada iga sering bermakna.
Gejala dan tanda fraktur iga antara lain nyeri pada saat bernafas, perubahan bentuk dada, dinding dada tidak mengembang dengan baik, adanya gerakan paradoks yaitu ada bagian yang bergerak berlawanan dengan bagian dada lainnya pada saat melakukan gerakan bernafas, batuk darah, memar yang luas dan jelas di daerah dada, dan sisnosis.
H.        Penyimpangan KDM
TERLAMPIR
I.           Pengobatan Atau Terapi
a.   Gawat Darurat / Pertolongan Pertama
Klien yang diberikan pertolongan pertama dilokasi kejadian maupun di unit gawat darurat (UGD) pelayanan rumah sakit dan sejenisnya harus mendapatkan tindakan yang tanggap darurat dengan memperhatikan prinsip kegawatdaruratan.
Penanganan yang diberikan harus sistematis sesuai dengan keadaan masing-masing klien secara spesifik. Bantuan oksigenisasi penting dilakukan untuk mempertahankan saturasi oksigen klien. Jika ditemui dengan kondisi kesadaran yang mengalami penurunan / tidak sadar maka tindakan tanggap darurat yang dapat dilakukan yaitu dengan memperhatikan :
*      Pemeriksaan dan Pembebasan Jalan Napas (Air-Way)
Klien dengan trauma dada seringkali mengalami permasalahan pada jalan napas. Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah yang dilapisi dengan sepotong kain, sedangkan sumbatan oleh benda keras dapat dikorek dengan menggunakan jari telunjuk yang dibengkokkan. Mulut dapat dibuka dengan tehnik Cross Finger, dimana ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk Pada mulut korban.
Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing, biasa pada korban tidak sadar tonus otot-otot menghilang, maka lidah dan epiglotis akan menutup farink dan larink, inilah salah satu penyebab sumbatan jalan napas. Pembebasan jalan napas oleh lidah dapat dilakukan dengan cara Tengadah kepala topang dagu (Head tild – chin lift) dan Manuver Pendorongan Mandibula (Jaw Thrust Manuver).
*      Pemeriksaan dan Penanganan Masalah Usaha Napas (Breathing)
Kondisi pernapasan dapat diperiksa dengan melakukan tekhnik melihat gerakan dinding dada, mendengar suara napas, dan merasakan hembusan napas klien (Look, Listen, and Feel), biasanya tekhnik ini dilakukan secara bersamaan dalam satu waktu. Bantuan napas diberikan sesuai dengan indikasi yang ditemui dari hasil pemeriksaan dan dengan menggunakan metode serta fasilitas yang sesuai dengan kondisi klien.
*      Pemeriksaan dan Penanganan Masalah Siskulasi (Circulation)
Pemeriksaan sirkulasi mencakup kondisi denyut nadi, bunyi jantung, tekanan darah, vaskularisasi perifer, serta kondisi perdarahan. Klien dengan trauma dada kadang mengalami kondisi perdarahan aktif, baik yang diakibatkan oleh luka tembus akibat trauma benda tajam maupun yang diakibatkan oleh kondisi fraktur tulang terbuka dan tertutup yang mengenai / melukai pembuluh darah atau organ (multiple). Tindakan menghentikan perdarahan diberikan dengan metode yang sesuai mulai dari penekanan hingga penjahitan luka, pembuluh darah, hingga prosedur operatif.
Jika diperlukan pemberian RJP (Resusitasi Jantung Paru) pada penderita trauma dada, maka tindakan harus diberikan dengan sangat hati-hati agar tidak menimbulkan atau meminimalisir kompilkasi dari RJP seperti fraktur tulang kosta dan sebagainya.
*      Tindakan Kolaboratif
Pemberian tindakan kolaboratif biasanya dilakukan dengan jenis dan waktu yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing klien yang mengalami trauma dada. Adapun tindakan yang biasa diberikan yaitu ; pemberian terapi obat emergensi, resusitasi cairan dan elektrolit, pemeriksaan penunjang seperti laboratorium darah Vena dan AGD, hingga tindakan operatif yang bersifat darurat.
b.      Konservatif
a.       Pemberian Analgetik
Pada tahap ini terapi analgetik yang diberikan merupakan kelanjutan dari pemberian sebelumnya. Rasa nyeri yang menetap akibat cedera jaringan paska trauma harus tetap diberikan penanganan manajemen nyeri dengan tujuan menghindari terjadinya Syok seperti Syok Kardiogenik yang sangat berbahaya pada penderita dengan trauma yang mengenai bagian organ jantung.
b.        Pemasangan Plak / Plester
Pada kondisi jaringan yang mengalami perlukaan memerlukan perawatan luka dan tindakan penutupan untuk menghindari masuknya mikroorganisme pathogen.
c.    Jika Perlu Antibiotika
Antibiotika yang digunakan disesuaikan dengan tes kepekaan dan kultur. Apabila belum jelas kuman penyebabnya, sedangkan keadaan penyakit gawat, maka penderita dapat diberi “broad spectrum antibiotic”, misalnya Ampisillin dengan dosis 250 mg 4 x sehari.



d.      Fisiotherapy
Pemberian fisiotherapy sebaiknya diberikan secara kolaboratif jika penderita memiliki indikasi akan kebutuhan tindakan fisiotherapy yang sesuai dengan kebutuhan dan program pengobatan konservatif.



























BAB III
PENUTUP
A.        Kesimpulan
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma thoraks diklasifikasikan dengan tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu (Brunner & Suddarth, 2002).
Penyebab dari trauma tumpul thoraks adalah kecelakan tabrakan mobil atau terjatuh dari sepeda motor. Pasien mungkin tidak segera mencari bantuan medis, yang selanjutnya dapat mempersulit masalah (Brunner & Suddarth, 2002).
B.         Saran
Dari hasil kesimpulan yang telah dikemukakan maka dapat diberikan saran-saran sebagai bahan masukan bagi pihak yang bersangkutan dalam rangka meningkatkan kualitas  guna menunjang peningkatan kualitas kesehatan  sehingga dapat menjadi literature guna mendukung peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.










DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2001. Keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC
Lukitto, P. Rachmad KB. Manuaba TW. 2004. Dinding Thoraks dan Pleura. Dalam: Karnadihardja W.Sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. Hal: 4040-14
Bagus, Risang.2009.Gawat Darurat Panduan Kesehatan Wajib Di Rumah Anda.Yogyakarta: Aulia Publishing
http //:www.chandrarandy.wordpress.com/2012/10/08/konsep-trauma-thorax/