PERAN
TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENDUKUNG MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN DI RUMAH
SAKIT
A.
Pendahuluan
Perkembangan
teknologi informasi yang begitu pesat telah merambah ke berbagai sektor
termasuk kesehatan. Meskipun dunia kesehatan (dan medis) merupakan bidang yang
bersifat information-intensive, akan tetapi adopsi teknologi informasi relatif
tertinggal. Sebagai contoh, ketika transaksi finansial secara elektronik sudah
menjadi salah satu prosedur standar dalam dunia perbankan, sebagian besar rumah
sakit di Indonesia baru dalam tahap perencanaan pengembangan billing system.
Meskipun rumah sakit dikenal sebagai organisasi yang padat modal-padat karya,
tetapi investasi teknologi informasi masih merupakan bagian kecil. Di AS,
negara yang relatif maju baik dari sisi anggaran kesehatan maupun teknologi
informasinya, rumah sakit rerata hanya menginvestasinya 2% untuk teknologi
informasi.
Di sisi
yang lain, masyarakat menyadari bahwa teknologi informasi merupakan salah satu
tool penting dalam peradaban manusia untuk mengatasi (sebagian) masalah
derasnya arus informasi. Teknologi informasi (dan komunikasi) saat ini adalah
bagian penting dalam manajemen informasi. Di dunia medis, dengan perkembangan
pengetahuan yang begitu cepat (kurang lebih 750.000 artikel terbaru di jurnal
kedokteran dipublikasikan tiap tahun), dokter akan cepat tertinggal jika tidak
memanfaatkan berbagai tool untuk mengudapte perkembangan terbaru. Selain
memiliki potensi dalam memfilter data dan mengolah menjadi informasi, TI mampu
menyimpannya dengan jumlah kapasitas jauh lebih banyak dari cara-cara manual.
Konvergensi dengan teknologi komunikasi juga memungkinkan data kesehatan
di-share secara mudah dan cepat. Disamping itu, teknologi memiliki
karakteristik perkembangan yang sangat cepat. Setiap dua tahun, akan muncul
produk baru dengan kemampuan pengolahan yang dua kali lebih cepat dan kapasitas
penyimpanan dua kali lebih besar serta berbagai aplikasi inovatif terbaru.
Dengan berbagai potensinya ini, adalah naif apabila manajemen informasi kesehatan
di rumah sakit tidak memberikan perhatian istimewa. Artikel ini secara khusus
akan membahas perkembangan teknologi informasi untuk mendukung manajemen rekam
medis secara lebih efektif dan efisien. Tulisan ini akan dimulai dengan
berbagai contoh aplikasi teknologi informasi, faktor yang mempengaruhi
keberhasilan serta refleksi bagi komunitas rekam medis.
B.
Aplikasi teknologi informasi untuk mendukung manajemen informasi
kesehatan
Secara
umum masyarakat mengenal produk teknologi informasi dalam bentuk perangkat
keras, perangkat lunak dan infrastruktur. Perangkat keras meliputi perangkat
input (keyboard, monitor, touch screen, scanner, mike, camera digital, perekam
video, barcode reader, maupun alat digitasi lain dari bentuk analog ke
digital). Perangkat keras ini bertujuan untuk menerima masukan data/informasi
ke dalam bentuk digital agar dapat diolah melalui perangkat komputer.
Selanjutnya, terdapat perangkat keras pemroses lebih dikenal sebagai CPU
(central procesing unit) dan memori komputer. Perangkat keras ini berfungsi
untuk mengolah serta mengelola sistem komputer dengan dikendalikan oleh sistem
operasi komputer. Selain itu, terdapat juga perangkat keras penyimpan data baik
yang bersifat tetap (hard disk) maupun portabel (removable disk). Perangkat
keras berikutnya adalah perangkat outuput yang menampilkan hasil olahan
komputer kepada pengguna melalui monitor, printer, speaker, LCD maupun bentuk
respon lainnya.
Selanjutnya dalam perangkat
lunak dibedakan sistem operasi (misalnya Windows, Linux atau Mac) yang bertugas
untuk mengelola hidup matinya komputer, menhubungkan media input dan output
serta mengendalikan berbagai perangkat lunak aplikasi maupun utiliti di
komputer. Sedangkan perangkat aplikasi adalah program praktis yang digunakan
untuk membantu pelaksanaan tugas yang spesifik seperti menulis, membuat lembar
kerja, membuat presentasi, mengelola database dan lain sebagainya. Selain itu
terdapat juga program utility yang membantu sistem operasi dalam pengelolaan
fungsi tertentu seperti manajemen memori, keamanan komputer dan lain-lain.
Pada aspek infrastruktur,
kita mengenal ada istilah jaringan komputer baik yang bersifat terbatas dan
dalam kawasan tertentu (misalnya satu gedung) yang dikenal dengan nama Local
Area Network maupun jaringan yang lebih luas, bahkan bisa meliputi satu
kabupaten atau negara atau yang dikenal sebagai Wide Area Network (WAN). Saat
ini, aspek infrastruktur dalam teknologi informasi seringkali disatukan dengan
perkembangan teknologi komunikasi. Sehingga muncul istilah konvergensi
teknologi informasi dan komunikasi. Perangkat PDA (personal digital assistant)
yang berperan sebagai komputer genggam tetapi sarat dengan fungsi komunikasi
(baik Wi-Fi, bluetooth maupun GSM) merupakan salah satu contoh diantaranya.
Perangkat keras (baik
input, pemroses, penyimpan, maupun output), perangkat lunak serta
infrastruktur, ketiga-tiganya memiliki potensi besar untuk meningkatkan
efektivitas maupun efisiensi manajemen informasi kesehatan. Beberapa contoh
penting yang akan diulas adalah (1)rekam medis berbasis komputer, (2) teknologi
penyimpan portabel seperti smart card,(3) teknologi nirkabel dan (4) komputer
genggam.
·
Rekam medis berbasis
komputer (Computer based patient record)
Salah satu tantangan besar dalam penerapan teknologi informasi dan komunikasi
di rumah sakit adalah penerapan rekam medis medis berbasis komputer. Dalam
laporan resminya, Intitute of Medicine mencatat bahwa hingga saat ini masih
sedikit bukti yang menunjukkan keberhasilan penerapan rekam medis berbasis
komputer secara utuh, komprehensif dan dapat dijadikan data model bagi rumah
sakit lainnya
Pengertian rekam medis berbasis komputer bervariasi, akan tetapi, secara
prinsip adalah penggunaan database untuk mencatat semua data medis, demografis
serta setiap event dalam manajemen pasien di rumah sakit. Rekam medis berbasis
komputer akan menghimpun berbagai data klinis pasien baik yang berasal dari
hasil pemeriksaan dokter, digitasi dari alat diagnosisi (EKG, radiologi, dll),
konversi hasil pemeriksaan laboratorium maupun interpretasi klinis. Rekam medis
berbasis komputer yang lengkap biasanya disertai dengan fasilitas sistem
pendukung keputusan (SPK) yang memungkinkan pemberian alert, reminder, bantuan
diagnosis maupun terapi agar dokter maupun klinisi dapat mematuhi protokol
klinik.
·
Teknologi penyimpan data
portable
Salah satu aspek penting dalam pelayanan kesehatan yang menggunakan
pendekatan rujukan (referral system) adalah continuity of care. Dalam konsep
ini, pelayanan kesehatan di tingkat primer memiliki tingkat konektivitas yang
tinggi dengan tingkat rujukan di atasnya. Salah satu syaratnya adalah adanya
komunikasi data medis secara mudah dan efektif. Beberapa pendekatan yang
dilakukan menggunakan teknologi informasi adalah penggunaan smart card (kartu
cerdas yang memungkinkan penyimpanan data sementara). Smart card sudah
digunakan di beberapa negara Eropa maupun AS sehingga memudahkan pasien, dokter
maupun pihak asuransi kesehatan. Dalam smart card tersebut, selain data
demografis, beberapa data diagnosisi terakhir juga akan tercatat. Teknologi
penyimpan portabel lainnya adalah model web based electronic health record yang
memungkinkan pasien menyimpan data sementara kesehatan mereka di Internet. Data
tersebut kemudian dapat diakses oleh dokter atau rumah sakit setelah diotorisasi
oleh pasien. Teknologi ini merupakan salah satu model aplikasi telemedicine
yang tidak berjalan secara real time.
Aplikasi penyimpan data portabel sederhana adalah bar code (atau kode
batang). Kode batang ini sudah jamak digunakan di kalangan industri sebagai
penanda unik merek datang tertentu. Hal ini jelas sekali mempermudah
supermarket dan gudang dalam manajemen retail dan inventori. Food and Drug
Administration (FDA) di AS telah mewajibkan seluruh pabrik obat di AS untuk
menggunakan barcode sebagai penanda obat. Penggunaan bar code juga akan
bermanfaat bagi apotik dan instalasi farmasi di rumah sakit dalam mempercepat
proses inventori. Selain itu, penggunaan barcode juga dapat digunakan sebagai
penanda unik pada kartu dan rekam medis pasien
Teknologi penanda unik yang sekarang semakin populer adalah RFID (radio
frequency identifier) yang memungkinkan pengidentifikasikan identitas melalui
radio frekuensi. Jika menggunakan barcode, rumah sakit masih memerlukan barcode
reader, maka penggunaan RFID akan mengeliminasi penggunaan alat tersebut.
Setiap barang (misalnya obat ataupun berkas rekam medis) yang disertai dengan
RFID akan mengirimkan sinyal terus menerus ke dalam database komputer. Sehingga
pengidentifikasian akan berjalan secara otomatis.
·
Teknologi nirkabel
Pemanfaatan jaringan computer dalam dunia medis sebenarnya sudah
dirintis sejak hampir 40 tahun yang lalu. Pada tahun 1976/1977, University of
Vermon Hospital dan Walter Reed Army Hospital mengembangkan local area network
(LAN) yang memungkinkan pengguna dapat log on ke berbagai komputer dari satu
terminal di nursing station. Saat itu, media yang digunakan masih berupa kabel
koaxial. Saat ini, jaringan nir kabel menjadi primadona karena pengguna tetap
tersambung ke dalam jaringan tanpa terhambat mobilitasnya oleh kabel. Melalui
jaringan nir kabel, dokter dapat selalu terkoneksi ke dalam database pasien
tanpa harus terganggun mobilitasnya.
·
Komputer genggam (Personal
Digital Assistant)
Saat ini, penggunaan komputer genggam (PDA) menjadi hal yang semakin
lumrah di kalangan medis. Di Kanada, limapuluh persen dokter yang berusia di
bawah 35 tahun menggunakan PDA. PDA dapat digunakan untuk menyimpan berbagai
data klinis pasien, informasi obat, maupun panduan terapi/penanganan klinis
tertentu. Beberapa situs di Internet memberikan contoh aplikasi klinis yang
dapta digunakan di PDA seperti epocrates. Pemanfaatan PDA yang sudah disertai
dengan jaringan telepon memungkinkan dokter tetap dapat memiliki akses terhadap
database pasien di rumahs akit melalui jaringan Internet. Salah satu contoh
penerapan teknologi telemedicine adalah pengiriman data radiologis pasien yang
dapat dikirimkan secara langsung melalui jaringan GSM. Selanjutnya dokter dapat
memberikan interpretasinya secara langsung PDA dan memberikan feedback kepada
rumah sakit.
C. Apa faktor keberhasilan
penerapan rekam medis berbasis komputer?
1. Memang, hingga saat ini tidak ada satu rumah sakit di dunia yang dapat
menerapkan konsep rekam medis elektronik yang ideal. Namun demikian, beberapa
penelitian melaporkan karakteristik dan pengalaman rumah sakit dalam menerapkan
rekam medis elektronik. Doolan, Bates dan James mempublikasikan
suatu studi tentang keberhasilan penerapan 5 rumah sakit utama di AS yang
menerapkan rekam medis berbasis komputer dan mendapatkan penghargaan
Computer-Based Patient Record Institute Davies’ Award. Kelimanya adalah :
1 LDS Hospital, Salt Lake City (LDSH) pada 1995\
2 Wishard Memorial Hospital, Indianapolis (WMH) tahun 1997
3 Brigham and Women’s Hospital, Boston (BWH) tahun 1996
4 Queen’s Medical Center, Honolulu (QMC) in1999
5 Veteran’s Affairs Puget Sound Healthcare System, Seattle and Tacoma
(VAPS) tahun 2000
Kelima rumah sakit tersebut merupakan rumah
sakit pendidikan dengan jumlah tempat tidur bervariasi (dari 246-712 TT). Berdasarkan
kepemilikan, 3 diantaranya merupakan rumah sakit swasta non profit (no 1, 3 dan
4), 1 merupakan rumah sakit daerah (nomer 2) dan 1 rumah sakit tentara (nomer
5).
Rekam medis elektronis telah diterapkan untuk
mendukung pelayanan rawat inap, rawat jalan maupun rawat darurat. Berbagai
hasil pemeriksaan laboratoris baik berupa teks, angka maupun gambar (seperti
patologi, radiologi, kedokteran nuklir, kardiologi sampai ke neurologi sudah
tersedia dalam format elektronik. Disamping itu, catatan klinis pasien yang
ditemukan oleh dokter maupun perawat juga telah dimasukkan ke alam komputer
baik secara langsung (dalam bentuk teks bebas atau terkode) maupun menggunakan
dictation system. Sedangkan pada bagian rawat intensif, komputer akan
mengcapture data secara langsung dari berbagai monitor dan peralatan
elektronik. Sistem pendukung keputusan (SPK) juga sudah diterapkan untuk
membantu dokter dan perawat dalam menentukan diagnosis, pemberitahuan riwayat
alergi, pemilihan obat serta mematuhi protokol klinik. Dengan kelengkapan
fasilitas elektronik, dokter secara rutin menggunakan komputer untuk menemukan
pasien, mencari data klinis serta memberikan instruksi klinis. Namun demikian,
bukan berarti kertas tidak digunakan. Dokter masih menggunakannya untuk mencetak
ringkasan data klinis pasien rawat inap sewaktu melakukan visit. Di bagian
rawat jalan, ringkasan klinis tersebut dicetak oleh staf administratif terlebih
dahulu.
Meskipun menggunakan pendekatan, jenis
aplikasi serta pengalaman yang berbeda-beda, namun secara umum ada kesamaan
faktor yang faktor yang menentukan keberhasilan mereka dalam menerapkan rekam
medis berbasis komputer, yaitu:
Leadership, komitmen dan visi organisasi Leadership dari pimpinan rumah sakit
merupakan faktor terpenting. Hal ini ditandai dengan komitmen jangka panjang
serta visi sangat jelas. Seringkali klinisi senior yang menjadi leader dalam
komputerisasi dan menjalin kerjasama dengan ahli informatika. Selanjutnya
komitmen tersebut direalisasikan secara finansial maupun sumber daya manusia.
Bertujuan untuk meningkatkan proses klinis dan pelayanan pasien.
Kunci keberhasilan kedua pengembangan sistem merupakan investasi untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses klinis dan pelayanan pasien. Saat ini,
seiring dengan isyu medical error dan patient safety, kebutuhan pengembangan IT
menjadi semakin dominan.
Melibatkan klinisi dalam perancangan dan modifikasi sistem.
Di kelima rumah sakit tersebut, berbagai upaya dilakukan, baik formal maupun
non formal untuk melibatkan dokter dan dalam perancangan dan modifikasi sistem.
Dokter, perawat maupun tenaga kesehatan lain yang memiliki pengalaman
informatik dilibatkan sebagai penghubung antara klinisi dan sistem informasi.
Hal ini terutama sangat penting dalam merancangn sistem pendukung keputusan klinis.
Salah satu manajer IT mengatakan bahwa “We had over 530 people involved, and
doctors hired to help us design screens and everything. The doctors were very
much part of the effort.” Menjaga dan meningkatkan produktivitas klinis Meskipun
diakui bahwa penggunaan komputer menambah beban bagi dokter, tetapi rumah sakit
menyediakan fasilitas yang sangat mendukung. Jaringan nir kabel disediakan agar
dokter tetap dapat mengakses data secara mobile. Demikian juga, fasilitas
Internet memungkinkan mereka memantau perkembangan pasien dari rumah. Komputer
juga tersedia secara merata, untuk rawat jalan perbandingan tempat tidur dengan
komputer antara 1:3-5, bahkan di LDS 1:1. Sedangkan di unit rawat jalan 1 ruang
1 komputer.
Menjaga momentum dan dukungan terhadap klinisi.
Salah satu dokter mengatakan bahwa “..We demonstrated and talked about it and
evangelized the clinical staff that this was something good, something sexy,
high tech and innovative and it was going to be expected to be utilized.”
Karena kesemuanya adalah rumah sakit pendidikan, setiap residen diharuskan
menggunakan komputer untuk mencatat perkembangan pasien. Akan tetapi,
memelihara momentum agar dokter dapat menggunakan komputer secara langsung
bervariasi, dari 3 tahunan hingga satu dekade.
Pengalaman di atas mengungkapkan bahwa
penerapan IT untuk rekam medis merupakan effort yang luar biasa yang tercermin
mulai dari leadership pimpinan, komitmen finansial dan SDM, tujuan organisasi,
proses perancangan yang melelahkan, networking antara tenaga medis, non medis
dan informatik hingga menjaga momentum.
D.
Hambatan dan kendala
Namun demikian, tidak
dipungkiri bahwa masih banyak kendala dalam penerapan teknologi informasi untuk
manajemen kesehatan di rumah sakit. Jika masih dalam taraf pengembangan sistem
informasi transaksi (misalnya data administratif, keuangan dan demografis) problem
sosiokltural tidak terlalu kentara. Namun demikian, jika sudah sampai aspek
klinis, tantangan akan semakin besar. Di sisi lain, persoalan kesiapan SDM
seringkali menjadi pengganjal. Pemahaman tenaga kesehatan di rumah sakit
terhadap potensi TI kadang menjadi lemah karena pemahaman yang keliru. Oleh
karena itu penguatan pada aspek pengetahuan dan ketrampilan merupakan salah
satu kuncinya. Disamping itu, tentu saja adalah masalah finansial. Tanpa
disertai dengan bantuan tenaga ahli yang baik, terkadang investasi TI hanya
akan memberikan pemborosan tanpa ada nilai lebihnya. Yang terakhir adalah
kecurigaan terhadap lemahnya aspek security, konfidensialitas dan privacy data
medis.
E. Menerapkan aplikasi
Bagaimana
memilih dan menerapkan aplikasi teknologi informasi untuk manajemen kesehatan
di rumah sakit? Ini merupakan pertanyaan krusial yang harus dijawab. Melihat
pada pengalaman di atas, kita harus mengembalikan kepada komitmen, visi dan
leadership dari organisasi. Apakah ini hanya karena ikut-ikutan atau memang
sudah tertuang dalam rencana stratejik rumah sakit? Selain itu, bagaimana
implikasi biaya dan sumber daya manusia? Bagaimana menjalin kerjasama antar
berbagai komponen di rumah sakit, baik tenaga medis maupun non medis?
Jika
pertanyaan tersebut sudah dijawab, kita dapat memilih aplikasi yang sesuai
dengan kemampuan organisasi. Langkah yang paling penting adalah pengembangan
sistem informasi transaksional (data administratif dan klinis sederhana).
Selanjutnya, pengembangan level kedua, yaitu sistem informasi manajemen dan
sistem sistem informasi eksekutif(sistem pendukung keputusan) dapat dilakukan
kemudian. Aplikasi SMS sebagai reminder bagi ibu hamil untuk memeriksakan
secara tepat waktu juga meruapakan salah satu model SPK bagi pasien. Demikian juga
model serupa agar jadwal imunisasi bagi balita tidak terlambat. Investasi yang
diperlukan cukup dengan komputer yang telah diisi dengan database klinik
pasien, nomer HP serta rule mengenai penjadwalan imunisasi. Penerapan jaringan
wireless saat ini juga bukan investasi yang mahal. Dan masih seabreg inovasi
lain yang dapat dikembangkan
Dari
konteks teknologi informasi dan komunikasi, dapat dikatakan bahwa pelbagai
aplikasi sangat potensial sekali diterapkan di dunia medis. Akan tetapi kita
harus memperhatikan bahwa hingga saat ini secara kultural, dunia medis,
termasuk yang sudah menerapkan infrastruktur elektronik secara canggih sebagian
besar transaksi informasi klinis masih berjalan secara face to face. Sehingga tidak salah bila ada yang mengatakan bahwa
keberhasilan sistem informasi di rumah sakit 90% merupakan masalah sosial
kultural dan hanya 10% saja yang merupakan masalah informatika.
F. Penutup: refleksi bagi
komunitas rekam medis
Mengingat
pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang cukup pesat,
komunitas rekam medis perlu memahami berbagai konsep serta aplikasi medical
informatics (informatika kedokteran). Informatika kedokteran (kadang disebut
juga informatika kesehatan) adalah disiplin yang terlibat erat dengan komputer
dan komunikasi serta pemanfaatannya di lingkungan kedokteran dikenal sebagai
informatika kedokteran (medical informatics)[4]. Dalam pengertian yang lebih rinci,
Shortliffe mendefinisikan informatika kedokteran sebagai berikut: “Disiplin
ilmu yang berkembang dengan cepat yang berurusan dengan penyimpanan, penarikan
dan penggunaan data, informasi, serta pengetahuan (knowledge) biomedik secara
optimal untuk tujuan problem solving dan pengambilan keputusan. Oleh karena
itu, informatika kedokteran bersentuhan dengan semua ilmu dasar dan terapan
dalam kedokteran dan terkait sangat erat dengan teknologi informasi modern,
yaitu komputer dan komunikasi. Kehadiran informatika kedokteran sebagai
disiplin baru yang terutama disebabkan oleh pesatnya kemajuan teknologi
komunikasi dan komputer, menimbulkan kesadaran bahwa pengetahuan kedokteran
secara esensial tidak akan mampu terkelola (unmanageable) oleh metode berbasis
kertas (paper-based methods).” Lingkup kajian
informatika kedokteran meliputi teori dan terapan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa informatika kedokteran merupakan
disiplin ilmu tersendiri.
Secara
terapan, aplikasi informatika kedokteran meliputi rekam medik elektronik,
sistem pendukung keputusan medik, sistem penarikan informasi kedokteran, hingga
pemanfaatan internet dan intranet untuk sektor kesehatan, termasuk merangkaikan
sistem informasi klinik dengan penelusuran bibliografi berbasis internet. Dengan demikian, komunitas rekam medis akan memiliki
wawasan yang luas mengenai prospek teknologi informasi serta mampu menjembatani
klinisi (pengguna dan penyedia utama informasi kesehatan) dengan para ahli
komputer (informatika) yang bertujuan merancang desain aplikasi dan sistem agar
dapat menghasilkan produk aplikasi manajemen informasi kesehatan di rumah sakit
yang lebih efektif dan efisien.
Perkembangan
teknologi computer (informasi) yang begitu pesat telah merambah ke berbagai
sektor termasuk kesehatan. Meskipun dunia kesehatan (dan medis) merupakan
bidang yang bersifat information-intensive, akan tetapi adopsi teknologi
komputer relatif tertinggal. Sebagai contoh, ketika transaksi finansial secara
elektronik sudah menjadi salah satu prosedur standar dalam dunia perbankan,
sebagian besar rumah sakit di Indonesia baru dalam tahap perencanaan
pengembangan billing system. Meskipun rumah sakit dikenal sebagai organisasi
yang padat modal-padat karya, tetapi investasi teknologi informasi masih
merupakan bagian kecil. Di AS, negara yang relatif maju baik dari sisi anggaran
kesehatan maupun teknologi informasi komputer, rumah sakit rata-rata hanya
menginvestasinya 2% untuk teknologi informasi.
Di sisi
yang lain, masyarakat menyadari bahwa teknologi komputer merupakan salah satu
tool penting dalam peradaban manusia untuk mengatasi (sebagian) masalah
derasnya arus informasi. Teknologi informasi dan komunikasi komputer saat ini
adalah bagian penting dalam manajemen informasi. Di dunia medis, dengan
perkembangan pengetahuan yang begitu cepat (kurang lebih 750.000 artikel
terbaru di jurnal kedokteran dipublikasikan tiap tahun), dokter akan cepat
tertinggal jika tidak memanfaatkan berbagai tool untuk mengudapte perkembangan
terbaru. Selain memiliki potensi dalam memfilter data dan mengolah menjadi
informasi, TI mampu menyimpannya dengan jumlah kapasitas jauh lebih banyak dari
cara-cara manual. Konvergensi dengan teknologi komunikasi juga memungkinkan
data kesehatan di-share secara mudah dan cepat. Disamping itu, teknologi
memiliki karakteristik perkembangan yang sangat cepat. Setiap dua tahun, akan
muncul produk baru dengan kemampuan pengolahan yang dua kali lebih cepat dan
kapasitas penyimpanan dua kali lebih besar serta berbagai aplikasi inovatif
terbaru. Dengan berbagai potensinya ini, adalah naif apabila manajemen
informasi kesehatan di rumah sakit tidak memberikan perhatian istimewa. Artikel
ini secara khusus akan membahas perkembangan teknologi informasi untuk
mendukung manajemen rekam medis secara lebih efektif dan efisien. Tulisan ini
akan dimulai dengan berbagai contoh aplikasi teknologi informasi, faktor yang
mempengaruhi keberhasilan serta refleksi bagi komunitas rekam medis. Komputer
banyak berperan membantu di dunia kesehatan antara lain :
·
Adminstrasi
·
obat-obatan
·
penyakit → diagnostik,
terapi, perawatan (monitoring status pasien)
·
Penelitian
Pelayanan kesehatan berbasis teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) komputer, atau yang biasa disebut sebagai
e-Health, tengah mendapat banyak perhatian dunia. Terutama disebabkan oleh
janji dan peluang bahwa teknologi mampu meningkatkan kualitas kehidupan
manusia. Tulisan ini mencoba mengulas bagaimana sebenarnya e-Health tersebut
dan bagaimana implikasi teknologi dalam meningkatkan pelayanan kesehatan.
Pengertian e-Health sendiri secara luas dapat
bermakna bidang pengetahuan baru yang merupakan persilangan dari informasi
medis, kesehatan public, dan usaha, berkaitan dengan jasa pelayanan dan
informasi kesehatan yang dipertukarkan atau ditingkatkan melalui saluran
internet dan teknologi berkaitan dengannya (Gunter Eysenbach, J Med Internet
Res 2001; 3(2): e20).
Dalam pengertian lebih luas, e-Health dapat diartikan sebagai tidak hanya
pengembangan teknologi pelayanan kesehatan, namun juga mencakup pengembangan
sikap, perilaku, komitmen, dan tata cara berpikir untuk mengembangkan pelayanan
kesehatan dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.
Mengapa e-Health perlu dilaksanakan?
Di seluruh dunia, terjadi peningkatan biaya
pelayanan kesehatan. Banyak orang tidak mendapat kesempatan bagi pelayanan
kesehatan yang lebih baik. Catatan kesehatan yang masih mengandalkan dokumen
kertas banyak menimbulkan kesalahan dan mengurangi produktivitas layanan.
Walau demikian, patut diakui terdapat juga
kenaikan pelayanan kesehatan di masyarakat, yang memberikan peluang kehidupan
yang lebih baik, namun juga berarti terdapatkan golongan masyarakat manula
(manusia usia lanjut) yang lebih besar. Pada umumnya manula juga memerlukan
layanan kesehatan yang lebih besar dibandingkan usia produktif.
Bagi pemerintah di tingkat lokal maupun pusat
juga mendapat tantangan untuk menanggulangi meningkatkan biaya pelayanan
kesehatan, meningkatkan akses dan kualitas pelayanan. Selain itu, mereka juga
bertanggungjawab terhadap pemantauan kesehatan umum dan kemungkinan penyebaran
penyakit menular tertentu.
Mengembangkan layanan e-Health akan membantu pihak-pihak penyedia layanan
kesehatan termasuk pemerintah untuk mencapai hal tersebut di atas. E-Health
akan memberikan kesempatan kepada semua pihak untuk melakukan kolaborasi,
pengumpulan dan analisa data kesehatan yang melampaui batasan fisik dan waktu.
Sebagai contoh, e-Health dapat diterapkan untuk membantu pemerintah
mengembangkan program yang membantu dokter, perawat, dan tenaga kesehatan
lainnya saling bertukar infomasi secara elektronik, mengambil data rekam medis
pasien kapan dan dimana diperlukan, dan melakukan kolaborasi dengan memberi
layanan jasa kesehatan lainnya secara real time melalui internet. Layanan
kesehatan seperti ini akan memberikan banyak sekali penghematan dari sisi biaya
dokumen dan administrasi layanan dan memberikan keuntungan pemberian keputusan
layanan kesehatan yang terbaik kepada pasien dengan lebih cepat.
Pemberi layanan jasa kesehatan, seperti dokter dan rumah sakit, juga dapat
mengembangkan layanan jasa kesehatan berbasis internet. Program Dokter Keluarga
yang tengah diperkenalkan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) misalnya; berupaya
untuk mengembangkan konsep dokter sebagai pengelola data kesehatan masyarakat.
Tujuan program dokter keluarga adalah memberikan peranan lebih besar kepada
dokter untuk menjaga kesehatan masyarakat, ketimbang untuk mengobati. Dengan
memanfaatkan basis data kesehatan masyarakat yang dilayaninya, seorang dokter
keluarga dapat menentukan program kesehatan apa yang paling tepat untuk
masyakarat tersebut. Karena dengan melakukan analisa data kesehatan masyakarat,
dapat diketahui pola dan kecenderungan penyakit yang mungkin terjadi dan dapat
dilakukan analisa sebab dan akibat. Untuk itulah dalam program dokter keluarga,
komputer dikatakan sebagai stetoskop kedua para dokter.
Data kesehatan masyarakat dalam
kelompok-kelompok kecil dapat dikumpulkan dan dianalisa menjadi data kesehatan
masyarakat yang lebih luas untuk mencerminkan pola kesehatan secara regional
maupun nasional.
Peranan komputer dalam mengelola dan
melakukan pertukaran data kesehatan melalui internet menjadi sangat vital dalam
menyelenggarakan e-Health. Karena data kesehatan tidak hanya berupa teks,
bahkan bisa merupakan data gambar, suara, dan multimedia lainnya. Diperlukan
komputer yang memiliki kemampuan proses yang tinggi untuk dapat mengolah data
yang ada menjadi informasi yang berharga bagi suatu keputusan layanan
kesehatan. Komputer dengan multi-inti dan ukuran cache yang besar, seperti yang
berbasis pada prosesor Intel Core 2 Duo adalah antara lain yang disarankan
sebagai komputer bagi penyedia jasa layanan kesehatan.
Pertukaran jasa layanan kesehatan melalui internet juga harus didukung oleh
infrastruktur komunikasi pita lebar. Sekali lagi alasannya karena data yang
dipertukarkan tidak hanya berupa teks, tetapi berupa data multimedia.
Pada akhirnya, pelayanan jasa kesehatan
dengan TIK, atau e-Health memerlukan komitmen dari penyelenggara jasa kesehatan
untuk melakukan modernisasi dari perangkat dan infrastruktur yang digunakannya.
Dalam tahapan awal, memang hal tersebut akan merupakan investasi dari sisi
biaya, namun dalam tahapan berkelanjutan, penerapan e-Health akan memberikan
keuntungan dari penghematan biaya-biaya.
Sebagai contoh, ketika transaksi finansial
secara elektronik sudah
menjadi salah satu prosedur standar dalam dunia perbankan, sebagian besar
rumah sakit di Indonesia baru dalam tahap perencanaan pengembangan
billing system.
Meskipun rumah sakit dikenal sebagai
organisasi yang padat modal-padat karya, tetapi investasi teknologi
informasi masih merupakan bagian kecil. Di AS, negara yang relatif maju
baik dari sisi anggaran kesehatan maupun teknologi informasinya, rumah
sakit rerata hanya menginvestasinya 2% untuk teknologi
informasi.Di sisi yang lain, masyarakat menyadari bahwa teknologi
informasi merupakan salah satu tool penting dalam peradaban manusia untuk
mengatasi (sebagian) masalah derasnya arus informasi. Teknologi informasi
(dan komunikasi) saat ini adalah
bagian penting dalam manajemen informasi.